Mengenal Tradisi Palang Pintu Betawi

Mengenal Tradisi Palang Pintu Betawi

         

Anda pasti pernah melihat kebiasaan Betawi yang satu ini. Yaitu tradisi Palang Pintu yang biasa diadakan saat acara pernikahan masyarakat Betawi. Tradisi ini berlangsung sudah sejak lama dan turun menurun.

Biasanya, upacara pernikahan diawali dengan arak-arakan calon pengantin pria yang disambut oleh petasan saat menuju ke rumah sang calon istri. Dalam arak-arakan, selain iringan rebana ketimpring atau marawis juga diikuti barisan sejumlah kerabat yang membawa sejumlah seserahan mulai dari roti buaya yang melambangkan kesetiaan abadi, sayur-mayur, uang yang ditempel pada kembang kelapa, jajanan khas Betawi, dan pakaian.

Setelah arak-arakan calon pengantin pria yang disebut “Tuan Raja Mude” hendak memasuki rumah pengantin wanita atau istilah “Tuan Putri”. Nah, saat hendak masuk kediaman pengantin putri itulah, pihak pengantin wanita akan menghadang.

Awalnya, terjadi dialog atau biasa dengan pantun-pantun yang sopan. Masing-masing saling bertukar salam, masing-masing saling mendoakan. Sampai akhirnya pelan-pelan pantun berbalas pantun memanas lantaran pihak pengantin perempun ingin menguji kesaktian dan juga kepandaian pihak pengantin laki-laki dalam  berilmu silat dan mengaji.

Baku hantam antar jagoan dari pihak calon pengantin wanita dan pihak calon pengantin pria pun terjadi. Saat tejadi baku hantam antar jagoan kedua belah pihak berlangsung, alunan rebana ketimpring atau marawis terus dimanikan agar suasana pertarungan antar jagoan tersebut tambah meriah.

Setelah adu ilmu silat  dan pantun antar jagoan keduah belah pihak terjadi, sudah pasti akhirnya jagoan dari pihak pria yang memenangi pertarungan tersebut.

Secara Filosofi pertandingan silat itu bukan sekedar pertunjukan untuk adu kekuatan namun untuk membuktikan bahwa mempelai pria dan keluarganya mampu untuk bertindak sebagai pelindung bagi keluarga dan menjaga kelangsungan hidup keluarga dengan penuh kedamaian.

Usai memenangi pertarungan, pengantin wanita pun biasanya meminta pihak lelaki untuk memamerkan kebolehannya dalam tembang Zike atau lantunan ayat-ayat Al Quran.

Semua itu merupakan syarat di mana akhirnya mempelai pria dan arak-arakannya diperbolehkan masuk untuk menemui orang tua mempelai wanita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar